Selasa, 25 April 2017

Tentang Perayaaan Hari Ulang Tahun


*Perlu kita ketahui, pada dasarnya tasyabbuh adalah meniru sesuatu yg mubah dan sudah menjadi ciri dari orang2 fasik, munafik, yahudi dan nasrani dsb, sedangkan meniru sesuatu dari mereka dalam hal aqidah (menyelisihi syariat islam) adalah Haram dan dosa besar..!*
_yang hendak kita bahas adalah, ikut merayakan perayaan hari ulang tahun, hari spesial, hari ulang tahun nikahan dsb.._

Pertanyaannya adalah :
1. Siapakah yg membuat 'sunah' pengucapan dan perayaan ulang tahun, merayakan peringatan awal tahun dll, apakah kaum muslimin ?? 2. Apakah perayaan tsb ada dasarnya dalam Alqur'an dan Assunnah?? 3. Adakah Sahabat rasulullah, para tabi'in dan tabi'ut-tabiin (3 generasi awal) yang mengadakan perayaan tsb?? 4. adakah tokoh muhaditsin semisal imam bukhari, imam muslim dsb, memperbolehkan perayaan ulang tahun dalam kitab-kitab karya mereka??....
Jika saudara menjawab dengan "TIDAK" pada semua pertanyaan tersebut diatas maka sudah kita ketahui bahwa hal tersebut bukan ajaran orang islam, bukan adat orang islam, bukan tradisi orang islam, karena tidak ada satu ayatpun atau satu hadits, bahkan sahabat, tabi'in, tabi'ut-tabi'in bahkan ulama' sekarang ini (termasuk Abah Nur hasan almarhum) yg pernah mempraktek-kanya...
Kalau sudah demikian ajaran mana yg hendak kita ambil?, pituah mana yg hendak kita turuti? dan dasar hukum mana yg hendak kita jadikan pijakan??....
Lalu, jika kita ikut-ikutan adat mereka dengan mengucapkan dan merayakan ulang tahun dsb, apakah ada faidahnya ?? Dan jika kita meninggalkan adat seperti itu, apakah ada ancamannya??
Jika saudara menjawab dengan kata "TIDAK" kenapa hal sepele ini dipermasalahkan?, asal-usulnya juga sudah diketahui bukan dari kaum muslimin !, tidak ada faidahnya !, bahkan jika meninggalkannya tidak ada mafsadat atau ancamannya !,

Benarlah apa yg dikhawatirkan oleh rasulullah terhadap umatnya : Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ . فَقَالَ وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ
“Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?“ (HR. Bukhari no. 7319)
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669).
Allah subhanahu wata'ala sendiri mengkhabarkan tentang sifat yahudi nasrani Allah berfirman;
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. (QS. Al Baqarah : 120)

*TASYABBUH*

Tasyabbuh yaitu meniru atau mencontoh perbuatan orang-prang kafir.
At-Tasyabbuh ( التشبه ) secara bahasa diambil dari kata al-musyabaha (المشبه) yang berarti meniru atau mencontoh, atau mengaitkan diri, dan mengikuti.
Tasyabbuh yang dilarang dalam Al-Quran dan As-Sunnah secara syar’i adalah menyerupai orang-orang kafir termasuk didalamnya adalah orang2 yahudi-nasrani, ahli bid'ah, orang musyrik, orang fasiq dan orang jahil, dalam segala bentuk dan sifatnya, baik dalam aqidah, peribadatan, adat-istiadatnya, atau dalam pola tingkah laku yang menunjukkan ciri

khas mereka.
Pengertian seperti diatas sudah mencakup keumuman dari hadits rasulullah
Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiallahu anhuma dia berkata: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَشَبَّهَ بِغَيْرِنَا
“Bukan termasuk golongan kami orang yang menyerupai kaum selain kami.”
(HR. At-Tirmidzi no. 2695)
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk darinya”.
(HR. Abu Daud no. 4031 )

Larangan tasyabbuh secara global juga termaktub dalam Al-qur'an :
Alloh Subhanahu wa ta’ala berfirman:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan JANGANLAH MEREKA SEPERTI orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik”
[QS. Al-Hadiid : 16].

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِّنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُو
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan JANGANLAH KAMU MENGIKUTI hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”
[QS. Al-Jaatsiyyah : 16-18]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar